SMP MBS JOMBANG
Jl. Sawunggaling Gg. V Ds. Mojoanyar Mojotengah Kec. Bareng Kab. Jombang
PANCASILA, NKRI DAN BHINNEKA SEJATI
Peran Muhammadiyah dalam Pendirian negara ini sangat besar bahkan
sebelum Kemerdekaan. Peran tokoh tokoh Muhammadiyah di BPUPKI dalam
mempersiapkan Kemerdekaan Republik Indonesia sangat besar seperti Ki
Bagus Hadikusumo yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah. Dalam
mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, peran Muhammadiyah juga sangat
besar bahkan Pimpinan Angkatan Perangnya yaitu Panglima Besar Jendral
Sudirman adalah salah satu kader terbaik Muhammadiyah.
Dalam mengisi Kemerdekaan peran Muhammadiyah semakin bertambah besar apalagi dalam bidang pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang merupakan calon kader bangsa peserta didiknya tidak hanya dari warga Muhammadiyah tetapi banyak dari Non Muhammadiyah bahkan dari umat agama lain seperti sekolah sekolah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang berada di Indonesia Timur yang banyak diisi oleh masyarakat Kristen.
Peran peran tersebut diatas sampai saat ini terus berlanjut seperti juga yang nampak di Pondok Pesantren MBS JOMBANG.
Pondok Pesantren yang berdiri di tengah tengah mayoritas bukan warga Muhammadiyah bahkan bertetangga dengan pusat kec. Mojowarno yang banyak dihuni oleh warga kristen dengan ditandai oleh berdirinya Rumah sakit Kristen Mojowarno yang cukup besar dan gereja tertua di Jawa Timur peninggalan missionaris Belanda, MBS JOMBANG bisa hidup rukun.
Untuk menjaga militansi beragama dan berbangsa, MBS JOMBANG punya kegiatan rutin yang dipraktekkan sehari hari.
Pembelajaran dimulai pada pukul 06.30 dengan melaksanakan Sholat Dhuha dilanjutkan dengan pembacaan Pancasila, janji pelajar Muhammadiyah, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Muhammadiyah dalam satu pusat komando baik untuk santri putra maupun santri putri karena MBS JOMBANG sudah terhubung jaringan sound system terpusat suara bawah sehingga tidak banyak mengganggu tetangga sekitar. Setelah itu seluruh siswa siswi masuk kelas pada pukul 07.00 yang diawali dengan program literasi yaitu program penanaman budaya gemar membaca selama 15 menit dari buku literasi yang dicetak khusus. Buku itu berisi tulisan tulisan inspiratif seperi biografi tokoh terkenal baik nasional maupun internasional, cerita inspiratif, ahlak terpuji dll yang merupakan kompilasi setoran dari bapak ibu guru ustadz ustadzah yang memang diwajibkan mengumpulkan tiga judul setiap semesternya baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris maupun dalam bahasa Arab.
Jadi, masih adakah yang ingin mengajari Muhammadiyah tentang Pancasila, NKRI dan keberagaman?
Dalam mengisi Kemerdekaan peran Muhammadiyah semakin bertambah besar apalagi dalam bidang pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang merupakan calon kader bangsa peserta didiknya tidak hanya dari warga Muhammadiyah tetapi banyak dari Non Muhammadiyah bahkan dari umat agama lain seperti sekolah sekolah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang berada di Indonesia Timur yang banyak diisi oleh masyarakat Kristen.
Peran peran tersebut diatas sampai saat ini terus berlanjut seperti juga yang nampak di Pondok Pesantren MBS JOMBANG.
Pondok Pesantren yang berdiri di tengah tengah mayoritas bukan warga Muhammadiyah bahkan bertetangga dengan pusat kec. Mojowarno yang banyak dihuni oleh warga kristen dengan ditandai oleh berdirinya Rumah sakit Kristen Mojowarno yang cukup besar dan gereja tertua di Jawa Timur peninggalan missionaris Belanda, MBS JOMBANG bisa hidup rukun.
Untuk menjaga militansi beragama dan berbangsa, MBS JOMBANG punya kegiatan rutin yang dipraktekkan sehari hari.
Pembelajaran dimulai pada pukul 06.30 dengan melaksanakan Sholat Dhuha dilanjutkan dengan pembacaan Pancasila, janji pelajar Muhammadiyah, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Muhammadiyah dalam satu pusat komando baik untuk santri putra maupun santri putri karena MBS JOMBANG sudah terhubung jaringan sound system terpusat suara bawah sehingga tidak banyak mengganggu tetangga sekitar. Setelah itu seluruh siswa siswi masuk kelas pada pukul 07.00 yang diawali dengan program literasi yaitu program penanaman budaya gemar membaca selama 15 menit dari buku literasi yang dicetak khusus. Buku itu berisi tulisan tulisan inspiratif seperi biografi tokoh terkenal baik nasional maupun internasional, cerita inspiratif, ahlak terpuji dll yang merupakan kompilasi setoran dari bapak ibu guru ustadz ustadzah yang memang diwajibkan mengumpulkan tiga judul setiap semesternya baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris maupun dalam bahasa Arab.
Jadi, masih adakah yang ingin mengajari Muhammadiyah tentang Pancasila, NKRI dan keberagaman?
0 comments:
Posting Komentar